Berita

*Mengenang Andi Dwi Putra*

Innalillahi Wa Inna Ilaihi Rojiun , telah berpulang ke Rahmatullah teman, sahabat, saudara, & keluarga kita

*Ciptakan Tujuh Inovasi sejak Kelas III SMA*

Negara ini tentu mengimpikan ada warganya yang mampu menyabet penghargaan nobel internasional. Dan, Andi Dwi Putra mewujudkan impian itu setelah berhasil menyabet Nobel Inventor Order of Merit dalam 1st World Inventor Award Festival (WIAF) 2012 yang dihelat akhir tahun lalu di Korea Selatan.

Laporan M. Hilmi S., JAKARTA

PERAWAKANNYA memang gempal, tetapi murah senyum dan heboh. Jauh dari kesan seorang mahasiswa kutu buku. Begitulah tampilan Andi Dwi Putra saat ditemui di kampusnya, Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Senin lalu (4/3).

 Anak pasangan Adam Rochmadi dan Endang Sri Wahyuni itu mendapat anugerah nobel internasional untuk kategori inovator. Nobel tersebut diberikan kepada sejumlah sosok yang rata-rata dosen bergelar doktor dan profesor.

’’Setelah saya cari informasi ke panitia, saya yang termuda,” ujar pemuda kelahiran Jakarta, 6 Mei 1991, tersebut. Penghargaan itu diserahkan di Seoul, Korea Selatan.

Lewat penghargaan ini, Andi ingin menyampaikan pesan kepada dunia internasional bahwa masyarakat Indonesia tidak hanya suka memakai karya orang lain. Masyarakat kini mau memeras otak untuk menelurkan karya-karya inovasi.

 Andi yakin, pelan tapi pasti, Indonesia akan menjadi bangsa inovator. Yakni bangsa yang masyarakatnya mulai tergerak untuk aktif mengeluarkan inovasi buat berbagai cabang disiplin ilmu.

Mahasiswa Prodi Psikologi Fakultas Ilmu Pendidikan UNJ itu lantas menceritakan kiprahnya hingga berhasil menyabet penghargaan sekelas nobel tersebut. Undangan 1st WIAF di Korsel itu dia terima sekitar pertengahan tahun lalu. ’’Penganugerahannya pada 15 Desember 2012,” katanya.

WIAF merupakan ajang untuk menjaring orang-orang kreatif dan inovatif. Penghargaan kategori nobel itu diperebutkan oleh mereka yang memiliki track record gemilang dengan berbagai karya inovasi secara konsisten. Andi layak mendapat penghargaan ini karena karya-karyanya yang dibikin sejak SMA itu memang paling baik. ’’Kalau tidak salah, ada tujuh inovasi yang saya bikin sejak kelas III SMA hingga kini,” tutur alumnus SMAN 38 Jakarta itu. 

Sejumlah inovasi tersebut, antara lain, di bidang keilmuan seperti kimia, kedokteran hewan, ilmu kesehatan, psikologi, matematika, aplikasi komputer, dan blueprint game online.

Sebagai siswa SMA jurusan IPA kala itu, Andi terobsesi untuk kuliah di prodi teknik kimia. Tetapi, impian tersebut gagal karena dia buta warna. ’’Akhirnya, saya pilih prodi yang hampir-hampir dekat dengan teknik kimia. Pilihannya prodi psikologi,” katanya. Entah apa alasannya, Andi yakin teknik kimia dan psikologi masih bertetanggaan.

Di antara setumpuk inovasi yang dia kirim ke panitia lomba, ada beberapa yang mengesankan bagi Andi. Misalnya, inovasi di pelatihan psikologi first aid atau pertolongan bagi para TKI. Intinya, modul itu memberikan panduan kepada TKI untuk menjadi psikolog bagi dirinya sendiri dan sesama TKI yang terkena masalah di luar negeri.

Anak kedua di antara tiga bersaudara tersebut mengungkapkan, selama ini tak sedikit TKI yang mendapat masalah di tempat kerja dan membutuhkan pendampingan psikolog. Informasi itu dia peroleh setelah magang beberapa waktu di Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI).

Modul pelatihan psikologi first aid untuk para TKI sebelumnya mendapat medali perak dalam perlombaan di Universitas Sains Islam Malaysia (USIM) pada 2012. ’’Modul ini mendapat respons positif karena semangatnya tidak menjatuhkan mental TKI yang tersandung masalah,” kata Andi.

 

Modul itu cukup membantu para TKI yang tersandung masalah untuk tetap tegar dan bisa bangkit guna menjalani hidup dengan normal lagi. Saat dipamerkan di Malaysia, respons dari negeri jiran tersebut luar biasa. Mereka meminta Andi membuat modul serupa yang bisa diterapkan untuk para calon TKI tujuan Malaysia. 

 

’’Selama penelitian, saya menggunakan sampel para TKI tujuan Timur Tengah,’’ ujar pemuda yang masuk dalam buku kompilasi 101 Inovator Potensial Indonesia terbitan Kemenristek itu.

 

Dia mengakui bahwa modul pelatihan psikologi TKI tersebut masih butuh banyak revisi. Antara lain, soal penggunaan istilah-istilah perburuhan dan psikologi yang sering salah. 

 

Andi menuturkan, sebagian calon TKI yang dia gandeng sejatinya paham alur modul pelatihan tersebut. Tetapi, mereka meminta istilah-istilah akademik serta bahasa asing bisa disederhanakan dan diterjemahkan ke bahasa Indonesia.

 

Inovasi lain yang tidak kalah mengesankan adalah penelitiannya tentang ginseng jawa atau som jawa (talinum paniculatum) untuk jamu peningkat libido tikus jantan. ’’Penelitian itu masuk kategori kedokteran hewan,’’ jelasnya.

 

Penelitian tersebut berkesan karena membutuhkan waktu lumayan lama. Yakni mulai menjelang lulus SMA hingga masuk kuliah. Penelitian itu juga telah mendapat pengakuan internasional sebagai runner-up dalam ajang Alltech Young Scientist tingkat Asia Pasifik di Amerika pada 2012. 

 

Menurut Andi, inovasi dari teknologi pemanfaatan ginseng jawa tersebut juga bisa diterapkan untuk meningkatkan libido pada manusia.

 

Dia juga pernah membuat inovasi di bidang matematika. Yakni memanfaatkan motif batik nusantara sebagai bahan pembelajaran matematika. Dengan teknik itu, matematika yang identik dengan pelajaran momok bisa lebih berwarna dan menarik.   ’’Matematika tidak lagi hadir dalam wujud yang kaku. Tetapi, jadi indah karena menghadirkan motif-motif batik,’’ ungkapnya.

 

Motif batik bisa diterapkan untuk pembelajaran matematika sejak SD hingga SMA. Bahkan untuk anak-anak TK yang mulai diperkenalkan huruf dan angka.

 

Andi mencontohkan salah satu teknik menggunakan motif batik untuk belajar matematika. “Misalnya, untuk mengukur lingkaran, ya digunakan motif batik lingkaran. Kalau mengukur kotak, ya pakai motif batik kotak,” katanya.

 

Menurut dia, inovasi yang bisa dijalankan tidak perlu yang muluk-muluk. ’’Kalau yang aneh-aneh, nanti malah sulit diwujudkan,” tegasnya.

 

Untuk mewujudkan sejumlah inovasinya itu, Andi mengaku tidak jarang harus merogoh kocek sendiri. Dia menyatakan, rekor pengeluaran terbesar untuk penelitiannya mencapai Rp 5 juta.

 

Sayangnya, di antara setumpuk inovasi itu, belum ada satu pun yang dipatenkan. Alasannya, biayanya tidak sedikit. Andi mendapat informasi, biaya satu hak paten mencapai Rp 15 juta.  ’’Saya kan akademisi, bukan perusahaan,’’ selorohnya.

 

Andi berkomitmen akan menularkan semangat berinovasi kepada pemuda-pemudi Indonesia. Hal itu sudah dia wujudkan dengan mendirikan Association of Young Innovator and Scientist Indonesia (AYISI) pada 2011. Lembaga tersebut didirikan untuk mewadahi masyarakat yang ingin aktif membuat inovasi-inovasi karya. Lembaga itu dipimpin Andi sendiri.

AYISI sementara bermarkas di rumah Andi di kawasan Ciganjur, Jagakarsa, Jakarta Selatan.  ’’Masih menggunakan garasi mobil di rumah saya,’’ ujarnya lantas tertawa. Dia menyatakan, saat ini ada 20 anggota AYISI plus sepuluh pengurus. ’’Misi kami, pada 2020 nanti, Indonesia bisa menjadi pemimpin untuk urusan nobel,” tegasnya. (p6/c1/ary)     

 

Sumber : http://www.radarlampung.co.id/read/radar/berita-foto/57228-rajin-berinovasi-andi-dwi-putra

LINK :
         Universitas Negeri Jakarta
         Webmail

HUBUNGI KAMI :
Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Jakarta
Gedung Daksinapati, Rawamangun Muka, Jakarta Timur
Telp/Fax. 021-4755115
Website: http://fip.unj.ac.id
e-mail : fip@unj.ac.id
              fipunj@gmail.com