MAHASISWA PENDIDIKAN MASYARAKAT BERSAMA HUTAN PERTAMINA UGM MELAKSANAKAN PENYULUHAN BERTANI JAGUNG SEHAT DAN RAMAH LINGKUNGAN

Minggu (21 Mei 2023), Mahasiswa Prodi Pendidikan Masyarakat UNJ melaksanakan kegiatan penyuluhan di Desa Getas yang bertempat di Joglo Sinau. Kegiatan ini dilatarbelakangi karena  tingginya penggunaan pupuk kimia oleh mayoritas petani di Desa Getas. Di sisi lain, penggunaan pupuk kimia berdampak negatif terhadap kesuburan tanah. Oleh karenanya, dalam Program MBKM Proyek Kemanusiaan ini, mahasiswa bekerjasama dengan Bapak Diafan Kurniajati selaku Field Representative Hutan Pertamina UGM untuk melaksanakan penyuluhan kepada para petani.  

Bertajuk “Bertani Jagung Secara Sehat dan Ramah Lingkungan”, acara ini dihadiri oleh 28 petani. Acara berlansung interaktif dengan menghadirkan narasumber professional, yaitu Bapak Kasri selaku Praktisi Pertanian Sehat Ramah Lingkungan di Kabupaten Ngawi dan  Mba Via selaku Staff PT. Agrikencana Perkasa. Dalam pemaparannya, Bapak Kasri memberikan penjelasan mengenai cara bertani menggunakan bahan organik (pupuk kompos). Bertani jagung ramah lingkungan merupakan teknik penanaman jagung dengan mengurangi pemakaian bahan kimia pada tanaman yang dapat merusak unsur tanah. Untuk menjaga pertumbuhan tanaman, penggunaan pupuk bahan kimia digantikan dengan pupuk kompos yang diberikan bertahap sesuai kondisi tanaman. Selain dilakukan bertahap, hasil jagung yang optimal dapat diperoleh jika pupuk diberikan secara konsisten.


Gambar. Kegiatan Penyuluhan Bertani Jagung Secara Sehat dan Ramah Lingkungan

Bahasan tersebut dikuatkan oleh Mba Via memberikan arahan mengenai cara mengatasi hama dan penyakit tanaman yang ramah lingkungan. Dari penjelasan narasumber, hama dan penyakit tanaman jagung dapat dikendalikan dengan cara sebagai berikut:

  1. Hama Lalat Bibit (Atherigona ), diatasi dengan:
  • Pergiliran tanaman
  • Tanaman yang terindikasi terserang lalat bibit harus segera dicabut dan dimusnahkan untuk mencegah penyebaran hama secara meluas
  • Penggunaan parasit, seperti parasitoid Thricogramma yang bisa memarasit telur, atau Opius sp. dan Tetrastichus sp. yang mampu memarasit larva. Sedangkan Clubiona japonicola bisa menjadi predator bagi imago lalat bibit.
  1. Ulat Grayak (Spodoptera ), dapat diatasi dengan penggunaan alat perangkap ngengat sex feromonoid sebanyak 40 buah/Ha sejak tanaman jagung berumur 2 minggu. Pengendalian ulat grayak pada jagung juga dapat dilakukan dengan pembuatan pestisida nabati (botani) yaitu ekstrak cabai + bawang putih + bawang merah.
  2. Penggerek Tongkol (Heliotis armigera, Helicoverpa armigera), dapat diatasi dengan penggunaan Trichogramma pada hampir semua tanaman inang, akteri B. Bassiana, dan virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV).
  3. Penggerek Batang(Ostrinia fumacalis), dapat dikendalikan dengan:
    1. Melakukan pergiliran tanman dengan tanaman yang bukan tanaman inang dari hama Gunanya adalah untuk menghilangkan tempat tinggal dari hama tersebut Tumbuhan inang dari hama ini adalah tanaman jenis gulma rumput rumputan berbatang tebal. Melakukan penanaman serentak agar masa panen juga dilakukan secara serempak. Hal ini bertujuan sama seperti pergiliran tanaman soalnya seteleh dipanen secara serempak lahan bisa ditanami oleh tanaman giliran lainnya, sisa sisa tanaman jagung yang berada di lahan harus dimusnahkan agar hama tersebut juga musnah
    2. Menanam gulma rumput rumputan di sekitar perkebunan jagung agar hama lebih tertarik dengan gulma rumput-rumputan tersebut dan tidak menyerang pohon jagung
    3. Penggunaan parasitoid telur Trichogramma sp, Parasitoid larva Chelonus sp dan predator larva yakni semut dan
  4. Bulai (Peronosclrerospora maydis), pengendaliannya dapat dilakukan dengan penanaman varietas tahan, seperti Srikandi, Lamuru, dan Selain itu, bisa dilakukan penanaman serempak dan melakukan periode waktu bebas tanaman jagung minimal dua minggu sampai satu bulan di setiap tahunnya. Jika sudah ada yang terinfeksi bisa dilakukan eradikasi atau pemusnahan total. Untuk pencegahan juga bisa digunakan fungisida metalaksil pada benih tanaman dengan dosis 0,7 gram bahan aktif pada tiap kg benih.
  5. Busuk Batang (Fusarium ), pengendalian bisa dengan menggunakan varietas tahan, seperti BISI-1, Surya, CPI-2, dan Pioneer-8. Selain itu bisa dilakukan pergiliran tanaman, pemupukan berimbang, menghindari pemberian N tinggi dan K rendah, dan drainase yang baik untuk mencegah serangan. Dapat juga dilakukan pengendalian hayati dengan cendawan antagonis Trichoderma sp.