Artificial Intelligence/AI dan Masa Depan Profesi Pustakawan

Alan Turing pada tahun 1950-an pernah bermimpi tentang mesin yang mampu “berpikir”, yang kemudian pada era modern ini dikenal dengan nama AI, yaitu sebuah teknologi yang tidak hanya dapat berpikir namun juga dapat memahami, mengambil Keputusan,maupun belajar. AI menyentuh banyak bidang, Kesehatan, Pendidikan, hingga luar angkasa, bahkan yang kecil cakpuannya seperti dunia perpustakaan. Profesi pustakawan kini menghadapi tantangan baru akibat adanya penetrasi teknologi AI. Secara tidak langsung, AI telah mendefinisikan ulang peran pustakawan sebagai pusat akses informasi pada era digital.

AI dalam Dunia Perpustakaan

AI secara tidak langsung telah merambah berbagai aspek layanan perpustakaan, ChatGPT atau mesin pencari berbasis AI yang lain telah membantu peprustakaan meningkatkan layanan refrensi secara lebih cepat dan efisien. Di Perpustakaan Akademik sebagai contohnya, Ai dapat digunakan sebagai alat untuk menganalisis data guna memahami pola penggunaan koleksi digital oleh pemustaka. Teknologi ini secara tidak langsung telah membantu pustakawan dalam membuat kepustusan tentang pengadaan koleksi yang relevan. Namun, integrasi AI ini juga menumbulkan pernyataan etis terkait privasi dan keamanan data pemustaka, maka perpustakaan lah yang kemudian harus menyeimbangkan pemanfaatan teknologi dengan tetap melakukan pelindungan terhadap informasi pribadi pemustakanya.

Dampak pada Peran Pustakawan

Peran pustakawan yang mulai tergeser oleh AI pada pengelolaan bahan pustaka hingga knowledge curator yang mampu memanfaatkan seluruh teknologi untuk menciptakan solusi akan informasi. Pada masa lalu, sebelum merajalelanya AI, pustakawan umumnya berfokus pada pengelolaan data, pemrograman, bahkan analisis data. AI secara tidak langsung membantu pustakawan bekerja lebih efisein, tetapi pustakawan juga harus terus belajar agar tidak tergantikan oleh teknologi. Kompetensi analisis data, desain antarmuka pengguna (UI/UX), hingga pengelolaan sistem informasi menjadi keterampian yang relevan dan diutamakan. Pustakawan juga telah mulai berfungsi sebagai sebuah penghubung antara teknologi dan juga Masyarakat, tidak hanya sekedar menyediakan informasi, tetapi juga mendidik para pemustaka tentang bagaimana memanfaatkan teknologi informasi secara kritis, terutama di era digital, Dimana hoax dan misinformasi dapat menyebar dengan bebas.

Mengintegrasi Teknologi dan Humanisme

Jika dilihat dari kacamata inklusivitas, maka AI juga telah berkontribusi pada bentuk inklusivitas perpustakaan itu sendiri, seperti misalnya ada masanya dikembangkan teknologi yang dapat membantu tunanetra dalam mengakses koleksi digital. Lebih jauh lagi AI jika diimplementasikan secara tepat, maka perpustakaan dapat menjadi pusat pengetahuan yang secara nyata lebih dinamis dan berdaya saing tinggi.

Namun, perjalanan dalam mengintegrasikan AI ini tidaklah mulus tanpa hambatan. Privasi data menjadi salah satu isu sensitive dalam mengumpulkan data yang digunakan dalam menganalisis informasi pengguna. Kesenjagan teknologi seperti yang kita tau sekarang ini juga menjadi salah satu masalah utama, karena tidak semua perpustakaan memiliki infrastruktur memadai untuk dapat mengadopsi AI sebagai pendamping mereka, terutamanya di wilayah terpencil dan masih berkembang. Maka untuk memanfaatkan potensi AI tanpa mengorbankan nilai-nilai perpustakaan yang sesungguhnya, diperlukan strategi yang matang. Secara tidak langsung pustakawan harus selalu dilibatkan dalam setiap proses implementasi teknologi, baik melalui pelatihan maupun melalui kolaborasi dengan teknologi itu sendiri. AI bukanlah pengganti pustakawan, melainkan salah satu komponen pelangkap pustakawan. Dengan kombinasi keduanya yaitu tenaga manusia dan kecerdasan buatan manusia, maka perpustakaan dapat mempertahankan relevansinya sebagai salah satu pusat ilmu pengetahuan yang humanis dan inovatif. Masa depan profesi pustakawan ialah tentang bagaimana sebuah adaptasi dapat berlangsung, Dimana teknologi digunakan untuk memperkuat bukan untuk menggantikan peran dari pustakawan.