Magang dan Refleksi Kehidupan: Belajar Bersyukur Lewat Program Bakti Ramadhan PMI Jakarta Timur

Kebahagiaan bukan hanya tentang materi, sebagai seorang mahasiswi Pendidikan Masyarakat yang kerap kali dihadapkan pada beragam kondisi yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya, hal ini sangat aku rasakan. Selama ini, kita dihadapkan pada banyak informasi di media sosial, informasi-informasi seperti cara agar cepat kaya secara instan, kehidupan orang lain yang terlihat sempurna dengan rumah dan kendaraan mewah, pakaian bermerek maupun perhiasan  milyaran rupiah bukanlah hal baru. Kerap kali merasa gagal dikarenakan di usia yang sama belum bisa menjadi seperti mereka, belum memiliki apa-apa dan belum menjadi apa-apa, kerap kali memicu kita untuk tidak bersyukur dan terus menerus membandingkan diri walau kita bukan sedang dalam kompetisi. Sebenarnya, tidak ada yang salah, semua yang kita lihat pada akhirnya dapat menjadi motivasi dan inspirasi agar menjadi lebih baik lagi, tapi menjadi kesalahan jika dengan banyaknya informasi tersebut kita menjadi lupa bersyukur, dan tak dapat dipungkiri, lingkungan lah yang menjadi faktor terbesar kita sering meragukan,menyalahkan, bahkan membenci diri sendiri. Pertanyaan sepele seperti “Kerja Dimana?”, “Gaji Berapa” adalah pertanyaan biasa yang sampai saat ini masih menjadi pertanyaan paling menyeramkan dikarenakan setelah dijawab pasti akan ada jawaban penuh skeptis dari orang yang bertanya “Kerja disitu?Uangnya darimana?” “Anakku kemarin keterima di perusahaan x pergi ke negara z” Oke lantas untuk apa bertanya jika dijawab sendiri, bukan?.

Akhir-akhir ini jujur saja, aku sedang merasa gagal dan merasa menjadi orang paling bodoh yang pernah ada. Banyak kegiatan yang kulakukan dan kukerjakan namun (menurutku) tidak menghasilkan apa-apa, aku selama ini buang-buang waktu dan aku merasa tidak baik dalam hal apapun, alasannya sepele, sampai saat ini aku belum punya penghasilan tetap dan terus membandingkan diriku dengan kehidupan orang-orang yang katanya bisa memanajemen waktu saat berkuliah dan bisa mendapat gaji 2 digit. Di artikel kali ini, aku hanya ingin menyampaikan perasaanku yang sedang kalut dan bagaimana tempat magangku saat ini perlahan menyembuhkannya. Sahabat baikku pernah bilang, kalau aku sudah melakukan yang terbaik sampai saat ini, aku selalu menjaga semangatku, aku selalu berkomitmen, aku selalu totalitas, tapi hati kecilku selalu menolak untuk bisa mengapresiasi apa yang selama ini ku lakukan, karena pada akhirnya yang orang lain lihat adalah hasil bukan proses.

Di suatu pagi, aku bersama teman-teman magang PMI Jakarta Timur melaksanakan kegiatan Bakti Ramadhan, sedikit informasi Bakti Ramadhan dilaksanakan dari tanggal 18-22 Maret 2024, di 10 kecamatan di Jakarta Timur. Bakti Ramadhan adalah kegiatan pemberian 2000 Paket Santunan kepada anak-anak pmr  Hari berjalan seperti biasa, sampai ketika aku menyadari 1 hal yang selama ini sering aku lupakan, aku masih memiliki orangtua. Melihat anak-anak penerima paket santunan dari Bakti Ramadhan yang sudah menjadi Yatim/Piatu/Yatim Piatu membuatku tersadar bahwa selama ini kebutuhan hidupku masih ditanggung oleh orang tua, aku makan dan minum, rumah, biaya semesteran, semua masih dibantu oleh kedua orangtuaku, jujur membuatku semakin merasa bersalah karena aku semakin merasa tidak bisa membanggakan dan memberikan yang terbaik sampai saat ini. Aku kagum dengan anak-anak ini yang menjalani hidup dengan luar biasa tanpa memiliki orang tua yang seharusnya bisa menjadi support system bagi mereka. Seharusnya aku yang masih memiliki orangtua secepat mungkin bisa membanggakan mereka.

Oke, lantas, letak bersyukurku dimana. Sebentar, ceritanya belum selesai. Tiba-tiba pikiran kalutku tersadarkan ketika melihat senyum mereka dan ketika mereka mengucapkan terimakasih padaku ketika aku membantu membagikan paket santunan kepada mereka, aku yang berada di divisi humas bertugas untuk mendokumentasikan dan membuat postingan mengenai kegiatan, dan ketika aku lihat lagi foto dan video ketika mengedit, aku berbicara pada diriku sendiri, “Setidaknya, aku tidak seburuk itu, dan hari ini sudah ada banyak semyum yang tertuju padaku”. Ya, kadang ekspektasi baik dari diri sendiri dan orang lain perlahan bisa membunuh jiwa, jadi, syukuri saja apapun yang terjadi saat ini, karena bagaimanapun tuhan tau yang terbaik, dan sedang menyiapkanmu jadi versi terbaik bagi dirimu, ingat, terbaik bagi dirimu…